Bulan
Juni seolah menjadi bulannya Bung Karno. Sang Proklamator ini lahir
pada 6 Juni 1901 dan wafat pada 21 Juni 1970. Pada bulan Juni pula
beliau mencetuskan lahirnya Pancasila yang dijadikan Dasar Negara ini.
Membicarakan Bung Karno, tentu saja, tidak ada habisnya. Maklumlah,
kehidupan sosok kharismatik ini memiliki banyak cerita yang tidak akan
pernah kering ditulis oleh siapapun. Selalu ada cerita yang bisa
dituliskan. Baik tulisan baru, maupun sekadar mengunyah ulang tulisan
lama.
Pada 16 Mei 2011 lalu, saya berziarah ke makam beliau di Blitar, Jawa
Timur. Tetapi saya tidak hendak menuliskan sosok Bung Karno semasa
hidup. Melainkan menceritakan sekilas seputar lukisan Bung Karno yang
berdenyut tepat di bagian jantungnya.
Makam Bung Karno terletak di Jalan Slamet Riyadi, Kelurahan Bendongerit, Kecamatan Sanan Wetan, Blitar.
Pada 2004, telah berdiri gedung perpustakaan dan museum yang menjadi
satu kompleks dengan makam Bung Karno tersebut. Perpustakaan dan museum
ini diresmikan Presiden RI Megawati Soekarno Putri pada 3 Juli 2004.
Tujuan berdirinya perpustakaan itu agar supaya ide, gagasan dan
pemikiran Bung Karno dapat dipahami masyarakat, khususnya kalangan
generasi muda.
Bagaimanapun, Bung Karno adalah tokoh besar negeri ini yang patut
diketahui generasi sekarang dan masa depan. Baik itu menyangkut
pemikiran, ideologi maupun aktifitasnya selama hidup.
Lukisan Bung Karno Berdenyut
Perpustakaan dan Museum Bung Karno yang masih berada dalam kompleks
makam menyimpan beragam koleksi foto dan peninggalan Bung Karno.
Perpustakaan dan Museum ini sangat bermanfaat dalam menambah khazanah
pengetahuan kita seputar Bung Karno.
Diantara koleksi museum terdapat sebuah lukisan Bung Karno berukuran 150 cm x 175 cm. Lukisan karya IB Said ini dibuat pada 2001 dan dihibahkan sendiri oleh sang pelukis ke museum.
Lukisan ini terkesan biasa-biasa saja. Sosok Bung Karno yang berada
dalam lukisan itu pun sudah sering kita lihat dalam bentuk fotografi.
Tetapi ada sesuatu yang aneh dengan lukisan ini. Tampak jelas, tepat
pada bagian jantung lukisan Bung Karno ini bergerak atau berdenyut
dengan sendirinya. Seolah-olah, Bung Karno masih hidup.
Tentu saja muncul kehebohan sejak keberadaan lukisan yang satu ini. Tetapi benarkah ini suatu keanehan?
Pak Waskito, salah seorang sekuriti yang bertugas di sana, mengaku
mendapat pengalaman unik berkaitan dengan lukisan berdenyut itu.
“Suatu malam, saya kedatangan beberapa orang yang mengaku paranormal,” katanya mengisahkan.
“Mereka datang sekitar pukul sebelas malam dan minta diantarkan melihat lukisan tersebut,” lanjutnya.
Lebih jauh dikatakan, beberapa saat setelah sejumlah paranormal itu
berdiri di depan lukisan, salah seorang diantaranya membaca doa
tertentu. Sementara yang lainnya hanya diam mendengarkan.
Usai membaca doa, paranormal yang membaca doa tadi mengayunkan lengan
kanannya seolah hendak menangkap sesuatu. Setelah menggerakkan
tangannya dengan kepalan tangan tergenggam, dia membalikkan tubuhnya
menghampiri Pak Waskito.
“Dia lalu menyodorkan telapak tangannya sambil memberikan dua buah
benda berwarna putih. Dia bilang benda itu adalah taring macan,” katanya
seraya tersenyum.
Pak Waskito menerima saja benda yang dikatakannya taring macan itu. Hingga kini, taring macan itu masih disimpannya.
Saya sempat diperlihatkan taring macan itu dan mengambil gambarnya.
Pendapat berbeda dikemukakan seorang sekuriti lainnya. Dia
mengungkapkan bahwa dirinya pernah berbincang-bincang dengan sang
pelukis, IB Said.
Menurutnya, sang pelukis itu pun merasa heran dengan hasil lukisannya
yang menghebohkan. Dia tidak mengira, karya lukisnya menimbulkan efek
getar atau denyutan, persis di bagian jantung.
“Sang pelukis malah menduga bahwa ukuran kanvas lukisan dan tebal
tipisnya cat yang menyebabkan adanya efek getar tersebut,” katanya.
Dalam amatan saya, memang tidak ada sesuatu yang terkesan mistis
dengan denyutan pada lukisan Bung Karno. Meski tidak dapat
menjelaskannya, tetapi saya yakin itu hanya suatu kebetulan saja.
Tentu saja terkesan naïf, jika kita lebih tertarik kepada
lukisan berdenyut ini daripada isi perpustakaan yang jelas-jelas
bernilai pengetahuan tinggi.
Sayangnya, saya tidak dapat mengambil gambar foto lukisan tersebut,
semata menghormati adanya aturan dilarang memotret di dalam perpustakaan
dan museum.
Sejak lama, saya memang tidak pernah menilai tokoh-tokoh besar negeri
ini dari sisi kegaiban yang dimiliki. Saya lebih percaya dengan
kualitas Kecerdasan Otak dan Kecerdasan Spiritual dibandingkan sekadar
benda-benda yang dianggap memiliki tuah atau pamor tertentu.
Ambil contoh, tongkat Bung Karno diyakini banyak orang memiliki
kekeramatan yang berkualitas tinggi dalam derajat kepemimpinan. Padahal,
tanpa tongkat itupun Bung Karno tetaplah seorang yang memiliki kualitas
intelektual dan spiritual yang mumpuni.
Hendaknya kita memang tidak menjadikan benda-benda pusaka, benda
bertuah atau semacamnya, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas
hidup kita.
Percayalah kepada diri sendiri dengan meningkatkan kualitas Kecerdasan Otak dan Kecerdasan Spiritual.
Kita dapat belajar dua hal ini dari sosok Paduka Yang Mulia Panglima Besar Revolusi, Bung Karno.
0 komentar:
Posting Komentar