11 Nov 2011

Seniman Tidak Punya Ruang, Malioboro Perlu Ditata Ulang







Malioboro Perlu Ditata Ulang Agar Punya Ruang Bagi Seniman




Pemerintah perlu mendesain Malioboro agar menjadi nyaman kembali. Untuk seniman hendaknya diberi ruang untuk berkreasi dan berkesenian. Menurut budayawan UGM, Prof. Sutaryo, revitalisasi kawasan Malioboro harus memperhatikan aspek budaya dan sosiologis.



Panggung-panggung mini, misalnya, atau pemanfaatan taman kota bagi penampilan para seniman. "Ini bisa dilakukan untuk tetap melestarikan Yogya sebagai kota budaya," pungkas Sutaryo. Bahkan pemerintah pun bisa menjadwal para seniman untuk memamerkan kebolehan. Katanya, asalkan ada bantuan biaya dan wadah untuk berkesenian, maka seniman tetap akan berkarya.


Dengan demikian, taman-taman hias di Maliboro tidak hanya sebagai pajangan saja melainkan pula berfungsi secara sosial untuk terus melahirkan kreativitas budaya.

Sekarang hampir 90 persen  kawasan Malioboro lebih banyak pada komoditas ekonomi, dan tidak ada ruang bagi seniman untuk berkarya. Padahal senimanlah pihak yang berkontribusi melahirkan budaya.

Karenanya, keterlibatan seniman perlu dalam rencana penataan kawasan ini yang rencananya akan dilakukan 2012 mendatang. "Dalam membicarakan revitalisasi atau penataan Malioboro, semestinya seniman diajak berdialog. Hingga saat ini dialog sangat minim," tambah Ong Harry Wahyu, seorang seniman Yogya.

Ong menjelaskan, banyaknya toko dan pedagang  kaki lima di sepanjang jalan Malioboro menyebabkan ketidaknyamanan sendiri bagi seniman. Sejak tahun 1990-an seniman tidak lagi menggunakan Malioboro sebagai ruang berkumpul. Ini sangat berbeda ketika pada 1970-an,  seniman menggunakan Malioboro untuk tempat kongkowdengan tujuan penciptaan dan saling berbagi ide kreativitas.




sumber

0 komentar:

Posting Komentar